God is Never Sleep





Saya yakin bahwa manusia memang bisa berencana namun Allah-lah Yang Maha Tahu. Allah-lah yang berkehendak dan punya wewenang untuk menentukan nasib makhluk-Nya.



Meskipun setiap manusia sudah mencoba, berusaha keras, tetap saja keputusan berada di tangan Yang Maha Kuasa. Bukti kekuasaan Allah bisa saya rasakan tatkala mengikuti SNMPTN tulis tahun 2012. Saya sudah berkeyakinan pasti bisa lolos dan menyandang gelar sarjana lulusan UGM. Persiapan sudah matang saya-pun sudah rajin menigkuti bimbel. Penambahan jam belajar diperbanyak. Di dalam hati hanya ada satu niat. Lolos SNMPTN.



Dukungan orang tua sudah didapat, persiapan mental sudah 100%, doa restu dari keluarga dan teman-teman sudah menyertai. Namun, ada satu yang terlupakan. Manusia hanya hanya bisa berusaha



Kepercayaan diri yang sudah saya bangun, ternyata hanya ibarat kerikil di depan Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah pengumuman keluar, betapa syok hati ini. Tidak lolos, begitulah yang terpampang di website. Kecewa, sedih, orang tua pun merasa kecewa. It's not the enf of the world. Tapi. tetap saja rasanya depresi, terpuruk. Yang membuat lebih terpuruk adalah karena adanya perasaan tidak bisa membanggakan orang tua. Hanya satu kata, sedih.



Saya sadari, saat itu saya terlalu takabur. Saya sangat percaya diri bisa lolos, terlalu berlebihan sampai menimbulkan kesombongan. Saya lupa bahwa Allah melihat segalanya. Saya sombong, maka inilah yang saya dapatkan.



Masih dalam fase kekecewaan, perasaan bersalah pada diri sendiri dan juga orang tua. Yang paling membuat hati teriris adalah kekecewaan orang tua pada saya. Saya beristighfar, memohon ampun atas dosa yang telah saya perbuat. Memohon ampun agar Allah memudahkan jalan takdir saya. Sampai pertolongan itu tiba, tiada yang bisa terucapkan selain kata syukur Alhamdulillah.




Saya mulai optimis lagi, berusaha mencari pendaftaran-pendaftaran universitas yang masih buka. Saya sadar, masih banyak kesempatan tersisa untuk saya. Seperti pepatah lama, banyak jalan emnuju Roma. Orangtua kembali memberi dukungan tatkala saya mendaftar di Undip dan IPB. Namun, di antara kedua pilihan itu, restu orangtua lebih mengarah agar anaknya bisa berkuliah di IPB. 




Jawaban atas usaha dan pengorbanan orangtua saya tidak sia-sia. Saya lolos tes ujian masuk IPB. Kata syukur mengalir dari mulut tak henti-hentinya. Allah memang tidak tidur. Allah selalu berasa di antara umatnya untuk membimbing umatNya menuju rengkuhannya, ke jalan kebenaran.



Seketika saya menyadari, semua kejadian yang menimpa saya, gagal ujian SNMPTN, gagal terdaftar dalam undangan, merupakan suatu proses pendewasaan dalam hidup. Setiap manusia harus mengalami fase-fase sulit dalam hidupnya. Melalui cobaan dan ujian, Allah swt memberikan kasih sayangnya terhadap umatnya. Ketika menjalani ujian, Allah swt senantiasa menghadirkan solusi dan pemecahan masalah bagi kita. Subhanallah... Tiada yang lebih agung dari cinta kasih Allah yang melebihi besarnya bumi dan luasnya langit di alam semesta.



Melalui cobaan itu, Allah menuntun kita untuk mandiri, untuk bersikap lebih dewasa, lebih sabar, dan tabah. Dan satu hal lagi, Allah memberikan kita orangtua yang selalu menemani, menuntun, dan mengarahkan kita. Restu orangtua adalah restu Allah, surga hanyalah bagi anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Allah menciptakan manusia tidak sendirian, Allah memberikan dukungan dan kasih sayangnya melalui orangtua kita, saudara-saudara kita, teman-teman kita. Hanya puji syukur yang bisa kita ucapkan. Allahu Akbar. Semoga Allah senantiasa membimbing semua umatnya untuk menjadi penghuni surga yang kekal kelak.






Salam sayang,
Nurul Farida Efriani













Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Pati: Asal Mula Desa Getakan dan Makam Nyai Sasi

Keajaiban di Tanah Suci Mekkah

Ada Apa dengan V-day ????